SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Minum kopi alias ngopi rupanya tak lagi hanya digemari oleh generasi (gen) Baby Boomer dan millenial saja. Kini sudah jadi gaya hidup Gen Z. Ini terbukti dengan hadirnya tempat ngopi yang aesthetic, menimbulkan minat baru bagi mereka yang berusia belasan tahun hingga 20 awal.
Salah satunya tempat ngopi anti mainstream di pinggiran Sungai Musi dengan latar belakang Jembatan Ampera, Kopi 16 Pro. Hadir dengan bangunan cafe di atas Sungai Musi, kawasan dermaga 16 Ilir (belakang Pasar 16 Ilir).
Banyak anak muda datang untuk melihat pemandangan Sungai Musi nak Ampera, sambil menikmati kopi asli Sumatera Selatan (Sumsel). Kopi 16 Pro merupakan proyek coffee shop yang terwujud dari sekumpulan anak muda. Lima orang generasi millenial membangun Kopi 16 Pro berdasarkan survei gaya hidup dengan padu padan potensi alam di Palembang.
Palembang memiliki Sungai Musi yang jadi ikon kota, tetapi sejauh ini identitas Bumi Sriwijaya justru tak terlalu menonjol lewat kehadiran Sungai Musi. Padahal dari Sungai Musi, Palembang mampu menambah meningkatkan ekonomi rakyat.
Kopi yang disajikan diambil dari wilayah Sumsel seperti Semendo, Lahat. Dengan rasa tidak diragukan lagi, selain diroasting di tempat lain, kopinya juga diroasting sendiri.
“Tidak hanya orang dewasa lanjut saja yang datang untuk ngopi, tetapi anak muda, Gen Z datang untuk menikmati kopi,” kata Rey, salah seorang Owner Kopi 16 Pro.
Buka 24 jam, Kopi 16 Pro memang makin ramai di waktu malam. Selain karena tidak panas, menikmati cahaya lampu dari Jembatan Ampera jadi sensasi berbeda. Hal menarik lain yang ditawarkan Kopi 16 Pro, mereka menyediakan fotograper gratis bagi konsumen yang ingin mengabadikan momen minum kopi dekat Jembatan Ampera.
“Di sini gak hanya kopi, ada juga camilan lain. Harga mulai 18 ribuan. Makanan di sini memang targetnya untuk jadi pendamping kopi. Tapi ada juga minuman non kopi untuk anak-anak. Sekarang pengunjung lebih banyak memang Gen Z,” katanya.
Pembangunan Kopi 16 Pro Palembang tercipta lewat riset struktur yang dilakukan para owner. Inspirasi Kopi 16 Pro berawal dari melihat rumah apung di sekitar Sungai Musi kokoh meski telah belasan bahkan puluhan tahun berdiri.
Memastikan bangunan apung Kopi 16 Pro aman dari arus sungai, pemilik kedai kopi pun melakukan perbandingan struktur dan mengurus perizinan ke pemerintah agar Kopi 16 Pro terbangun tanpa hambatan dan berdiri dengan kondisi nyaman.
“Kita bikin dari nol, sudah izin urus pemerintahan. Pembangunan (bangunan apung) dibantu tukang dari Jalur (wilayah perairan) di Banyuasin,” jelas Rey.
Memilih tukang atau orang yang membantu bangunan rumah apung dari Jalur, Banyuasin, karena rumah di sana rata-rata dari bangunan apung dan wilayah tersebut memang menjadi daerah perairan terluas di Sumatera.
Bangunan apung ini sebelumnya dilakukan pemantapan struktur di bawah air. Hal itu agar bangunan tak bergeser, meski arus sungai cukup deras. Pemantapan struktur mulai dari memastikan kondisi papan serta drum kuat di dalam air.
“Jadi perakitan struktur bangunan seperti papan, besi dan atap dibuat di daerah 3 dan 4 ulu. setelah jadi baru dibawa ke lokasi pembangunan menggunakan ketek (perahu kecil),” katanya.
Owner Kopi 16 Pro sebelumnya juga berulang memastikan titik pembangunan tidak membahayakan, mereka riset lebih dari sebulan di Pinggir Sungai Musi. Tak hanya menjamin coffee shop aman, mereka juga memilih lokasi pembangunan dengan sudut pandang paling simetris dan sejajar sampingan Jembatan Ampera sebagai ikon kota.
“Kita dapet viewnya dari sini (Kopi 16 Pro) karena memang yang ditonjolkan ya Jembatan Ampera),” ujar pria kelahiran 90-an itu. (Nda)