SUMSELHEADLINE.COM, LUBUKLINGGAU — Ada sesuatu yang menarik di Pondok Pesantren Al-Haadi, Kota Lubuklinggau. Ponpes itu rupanya tak hanya sebagai tempat belajar ilmu agama, tapi juga kegiatan bisnis.
Dimana para pengurus dan murid di sana punya penakaran madu kelulut atau madu trigona. Penakaran tersebut memanfaatkan lahan perkarangan di sekitar pondok pesantren. Pimpinan Pondok Pesantren Al Haadi Lubuklinggau, Muhammad Rudi mengatakan sudah mengembangkan budi daya madu kelulut atau madu trigona ini sejak setahun lalu.
Saat ini sudah ada 71 penakaran madu trigona di sana. Penakaran madu trigona di pondok pesantrennya itu didampingi oleh ahlinya, Bambang Irawan, dari Komunitas Trigona Nusantara. Dari 71 kotak penakaran, bisa menghasilkan sekitar 10 kilogram manis madu trigona dalam sekali panen.
Panen ini setiap satu sampai dua bulan sekali. Hasil dari madu kelulut itu dijual di pasar online. Harga madu kelulut ini lebih mahal dibanding madu lebah. Harga madu trigona ini bisa mencapai Rp 400 ribu le. Sementara madu lebah sekitar Rp 100ribu – Rp120 ribu per kilogram.
Madu trigona tinggi khasiat, baik sebagai makanan juga sebagai obat. Pihaknya pun siap berbagi atau sharing ke ponpes lain yang ini belajar. “Bahkan bagi masyarakat umum silakan mau belajar,” katanya. (rya)
Editor : Edi