” Karena itu saya tegaskan bahwa Festival Budaya Melayu ini menjadi salah satu benteng agar kita ada identitas jelas. Inilah kenapa harus kita dipertahankan,” jelasnya. Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Indonesia itu sangat mendukung festival tersebut karena diyakini dapat menjadi benteng pelestarian warisan leluhur di Sumsel. Dia mengatakan pasca Covid 19, festival budaya memang harus dihidupkan lagi. Namun untuk memaknainya minta semua pihak satu frekuensi atau sepemikiran bahwa cara ini adalah benteng terakhir untuk mempertahankan warisan leluhur.
Selain perhiasan, prasasti dan lainnya itu warisan lain yang patut dipertahankan di Sumsel adalah kerukunan. Dimana Sumsel yang terkenal masyarakatnya sangat heterogen namun banyak pendatang yang tetap betah tinggal di Sumsel. Begitupun sebaliknya masyarakat asli Sumsel tetap nyaman. “Ini salah satu warisan juga,” jelasnya. Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel H. Aufa Syahrizal mengatakan festival ini sudah digelar untuk kesekian kalinya dengan tujuan mentransfer pengetahuan mengenai budaya melayu Sumsel pada para pelajar agar budaya melayu tidak tergerus dengan budaya modern. Hadir dalam kesempatan tersebut Sultan Raden Muhammad Fauwas Prabu Diraja dan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin serta sejumlah Kepala OPD lainnya di lingkungan Pemprov Sumsel. (fer)