SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG–Para para mahasiswa Universitas Sriwijaya terlihat kecewa ketika keinginan mereka untuk mendapatkan keringanan UKT belum menemui titik terang dari pihak Unsri. Dwiki Sandy, Presiden Mahasiswa KM Unsri mengatakan kemarin siang, Senin (2/8/2021), telah dilaksanakan audiensi bersama rektorat bertempat di KPA Unsri Kampus Palembang.
Pihak-pihak yang terlibat dalam audiensi ini terdiri dari perwakilan Aliansi Reformasi Sriwijaya serta dihadiri oleh perwakilan rektorat yakni Plt. Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Wakil Rektor 3, serta Wakil Rektor 2. Dalam proses audiensi, proses negosiasi berjalan dengan alot, serta pihak rektorat tidak mau berkompromi sedikitpun. Bahkan kekecewaan dihadirkan karena di tengah audiensi, Wakil Rektor 2 tiba-tiba meninggalkan ruangan audiensi secara sepihak, dengan dalih ada rapat yang tak bisa ditinggalkan.
“Kami kecewa karena saat audiensi kami belum menerima kejelasan hingga saat ini,” jelasnya, Rabu (3/8/2021) saat diwawancarai. Adapun beberapa poin yang dijawab rektorat, masa pembayaran dan pengajuan keringanan UKT tetap pada jadwal yang sama. “Rektorat berdalih waktu pembayaran UKT sudah cukup panjang karena SK telah diumumkan 1 pekan sebelum portal pembayaran UKT dibuka,” ungkap dia.
Sampai saat ini kampus enggan untuk memberikan kompensasi/potongan UKT bagi seluruh mahasiswa, dengan berbagai dalih dan alasan. “Bagi mahasiswa yang mengajukan penurunan UKT, katanya akan segera dikabarkan kepastian diterima atau tidaknya sebelum masa pembayaran UKT ditutup, terkesan normatif,” beber dia. Lalu kata dia, potongan UKT 50 persen bagi mahasiswa semester 7 yang tinggal tugas akhir juga tidak dapat dilakukan, karena hanya berlaku untuk semester 9 saja.
“Dan pimpinan kampus akan menjamin agar tidak ada mahasiswa yang berhenti kuliah karena terkendala ekonomi,” ujarnya membacakan surat kesimpulan hasil audiensi kemarin. Kata Dwiki, dari poin-poin jawaban tersebut belum ada itikad baik dari rektorat untuk bisa berkompromi dan memberikan bantuan yang nyata untuk seluruh mahasiswa. Maka, dengan berbagai upaya persuasif yang telah dilakukan, pihak rektorat terkesan enggan membantu mahasiswa.
“Maka kedepan kita akan terus mengawal dan menyiapkan eskalasi-eskalasi selanjutnya, agar keresahan yang diperjuangkan dapat membahagiakan semua mahasiswa Unsri,” jelas dia. Perjuangan belum tuntas, sampai poin keresahan mahasiswa di penuhi oleh pihak Rektorat.
Sementara itu, Hafis , orangtua mahasiswa Unsri ini mengaku juga meminta keringanan dan perpanjangan waktu untuk pembayaran UKT yang akan berakhir pada 6 Agustus mendatang. “Kami selaku orangtua juga harus jungkir balik cari uang untuk bayar kuliah ini. Apalagi sebagai serabutan di tengah pandemi ini susah sekali mencari tambahan penghasilan,” ujar ayah yang anaknya kuliah semester V di Unsri ini.
Ia mengatakan anaknya kuliah di Fakultas Teknik malah naik UKT dari Rp 9.120.000 juta menjadi Rp 10.000.000. “Nah ini yang kami bingung, kondisi ditengah pandemi kuliah juga online. Kalau logikanya ya untuk fasilitas kampus kan tidak terpakai ini kok malah UKT naik. Kami juga ditengah pandemi ini juga terdampak sekali,” ujar pegawai swasta ini. Ia berharap akan ada perpanjangan waktu untuk membayar UKT dan ia pun tengah sibuk mencari tambahan uang untuk membayar UKT ini. (SH)