SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berjalan di Kota Palembang mulai Senin (6/1/2025). Namun baru dilaksanakan di sejumlah sekolah. Menu MBG itu tak seperti saat simulasi akhir tahun lalu.
Pada November 2024 Pemerintah Kota Pemkot melakukan simulasi MBG dengan menu utama ayam dan dilengkapi dengan susu sebagai sumber protein tambahan.
Hanya saja pada penerapan secara resmi MBG Januari 2025 ini tanpa susu. Hal ini lantaran susu disebut bukan termasuk ke dalam menu wajib yang diberikan dalam Program MBG.
Hal tersebut diungkapkan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Sumatera Selatan (Sumsel) yang membantu menyusun rancangan gizi untuk MBG.
Ketua Asosiasi Dietisien Indonesia, Yenita mengatakan alasan AsDI Sumsel tidak memasukan menu tambahan susu ke dalam menu wajib yang diberikan kepada anak-anak sekolah, dikarenakan pengurangan anggaran MBG yang semula Rp15.000 menjadi Rp10.000.
“Kami tidak memasukkan susu karena tarif anggaran makan bergizi hanya Rp10.000,” katanya.
Sebelumnya memang Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang pernah membocorkan menu makanan bergizi gratis termasuk vitamin, susu dan lauk pauk yang telah dihitung kandungannya oleh badan gizi nasional.
Namun, pasca anggaran itu berganti, Yenita mengatakan, AsDI Sumsel yang terdiri dari berbagai ahli gizi, tetap menyusun dan merancang program tersebut dengan metode gizi seimbang yang akan didistribusikan untuk anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.
“Jadi, gizi seimbang itu disetiap prosi makanan, harus ada kandungan karbohidrat, protein hewani, nabati, vitamin dan mineral. Termasuk sayuran dan buah,” jelasnya.
Dengan penetapan anggaran yang baru, hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya dengan tim ahli gizi lainnya. Jika sebelumnya dengan anggaran Rp15.000 timnya bisa leluasa untuk merancang berbagai menu, maka saat ini ia harus lebih selektif untuk membuat beragam menu tiap harinya.
“Kalau pertama pas ditetapkan Rp15.000 itu kita lebih leluasa ya untuk merancang berbagai menu di setiap harinya. Tapi, saat anggarannya berganti menjadi Rp10.000, kita agak sedikit sulit menentukan berbagai menunya, ditambah lagi, kita juga harus menyesuaikan dengan harga pangan lokal,” jelasnya.
Ia menyebut, sebetulnya tidak ada perbedaan dengan pemenuhan gizi seimbang yang ada di dalam setiap porsi makanan, karena pemenuhannya dihitung dari komposisi karbohidrat, protein hewani, nabati, vitamin dan mineral. Namun, menunya lah yang berbeda.
Jika harga Rp15.000 bisa mendapatkan daging sapi, maka harga Rp10.000 hanya bisa mendapatkan ayam saja.
“Tapi tergantung pelaksananya ya, kalau dengan anggaran seperti itu bisa mendapatkan menu terbaik, seperti yang disebutkan tadi, ya kenapa tidak. Tetapi, kita tetap berusaha menyusun menu yang terbaik,” katanya.
Alternatif menu seimbang dengan anggaran Rp10.000, juga lanjut Yenita menerapkan metode secukupnya, dalam arti tetap ada protein hewani seperti ayam dengan potongannya tidak terlalu besar karena menyesuaikan harga bahan pangan di pasaran. “Iya, kita usahakan menuanya beragam,” katanya.
Yeni mengatakan, sebetulnya makan bergizi gratis hanya bisa memenuhi 30 persen dalam pemenuhan gizi seimbang setiap harinya. Sisanya adalah makan pagi atau sarap dan makan makan sore.
“Iya, jadi pemenuhan itu hanya 30 persen. Makan bergizi ini juga diharapkan agar anak-anak di sekolah tak jajan sembarangan dan gizinya bisa dikontrol,” katanya.
Saat ditanya mengenai makanan dengan tidak adanya susu, buah atau salah satu komponen lainnya, Yeni mengatakan hal itu tidak menjadi masalah, asal ada pemenuhan protein hewani lainnya atau serat lainnya. “Iya, tidak menjadi masalah kalau ada pemenuhan lainnya,” katanya. (Nda)
Editor: Ferly