SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Memperingati Hari Buruh atau Mau Day 1 Mei, dirayakan para jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sumsel.
Seluruh anggota AJI berharap agar jurnalis juga buruh harus terbebas dari eksploitasi dan kekerasan. Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Sasmito Madrim menyatakan jurnalis di Indonesia harus terbebas dari eksploitasi. Hal itu disebutkannya hampir sama dengan bentuk perbudakan dalam menjalankan aktifitas jurnalistik.
“Jurnalis juga buruh hari ini kita turun ke jalan di DRPD Provinsi Sumsel untuk memberikan pernyataan agar menghentikan eksploitasi jurnalis. Eksploitasi itu seperti membayar upah sangat rendah membuat buruh jurnalis tidak sejahtera,” katanya di halaman Gedung DRPD Provinsi Sumsel ikut turun aksi bersama organisasi buruh, Rabu (1/5/2024).
Dia juga memberikan ketegasan kepada Dewan Pers untuk meninjau kembali perusahaan-perusahaan media yang harus memberikan upah kepada pekerja sesuai dengan UMP.
“Saya juga aneh kenapa masih saja ada perusahaan media yang diloloskan verifikasi oleh dewan pers. Saya harap kembali ditinjau kembali kalau ada upaya tidak UMP sebaiknya tidak diloloskan verifikasi,” katanya.
AJI disebutkannya konsentrasi tidak hanya kesejahteraan terhadap buruh tinta juga menyoroti banyaknya kekerasan yang dialami saat melakukan peliputan.
AJI Indonesia mencatat ada 90 kasus sepanjang tahun 2023 kekerasan yang dialami oleh jurnalis. Dari semua itu kebanyakan pelakunya adalah oknum polisi,” katanya.
Sementara itu Ketua AJI Palembang Fajar Wiko menyebutkan di Palembang disepanjang 2023 belum ada laporan kekerasan yang dialami jurnalis baik di Sumsel. Menurutnya tim advokasi AJI Palembang belum mendapatkan laporan pengaduan terkait hal tersebut.
“Di Palembang dan Sumsel kekerasan belum ada karena kita tidak mendapatkan laporan. Namun yang masih jadi sorotan kita adalah kesejahteraan jurnalis,” katanya
Dia berharap para perusahaan media memberikan kesejahteraan terhadap jurnalis karena pekerjaan profesi jurnalis menjadi keterbelakangan dibandingkan pekerjaan lainnya di Palembang dan Sumsel. “Semoga kesejahteraan jurnalis kedepannya semakin membaik,” harapnya. (Nda)
Editor: Edi