SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Kereta api reguler (biasa) berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian dengan mengangkut penumpang dan logistik (barang) dengan jumlah besar/massal.
Sehingga dengan kuantitas yang besar angkutan penumpang dan logistik bisa menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian di wilayah Sumatera.
Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengatakan, untuk saat ini Trans Sumatera sudah terhubungkan separuh dari panjang rel yang telah dibangun di jaman Hindia Belanda dan masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatera.
“Harusnya menjadi prioritas utama bagi pembangunan yang ada di wilayah Sumatera, bukan kereta cepat atau LRT,” katanya, Senin (7/8/2023).
Untuk membangun 1.200 kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp10-20 triliun dengan harga perkilo meternya rel rata rata sekitar Rp8-15 miliar karena wilayah Sumatera sebagian merupakan tanah gambut.
“Harga tersebut setara dengan biaya pembangunan LRT di Palembang sebesar Rp10,8 triliun yang hingga saat ini hanya menghasilkan pendapatan 15 Milyar satu tahun,” katanya.
Alumni ITS Surabaya ini juga mengatakan, sebagai contoh angkutan kereta api di jalur Palembang – Lampung dengan jarak sekitar 230 kilometer saat ini sudah mengoperasikan 3 rangkaian kereta penumpang.
Dimana setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang dengan kapasitas 60 tempat duduk per gerbong yang total menghasilkan pertahunnya sekitar Rp50 miliar dengan asumsi setiap keberangkatan load factor rata rata sekitar 70%.
“Dan di lintas tersebut juga mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang perhari, yang setiap rangkaian kereta terdiri dari 61 gerbong barang yang bermuatan 50 ton setiap gerbong, sehingga perharinya terangkut sekitar 186 ribu ton barang (Data dari KAI Pusat dan Sumatera Selatan),” katanya.
Apalagi keberangkatan dari Palembang juga ada yang menuju ke Lubuklinggau arah utara Palembang yang berjarak sekitar 300 kilometer dengan jumlah rangkaian kereta penumpang dan barang jauh lebih besar daripada yang menuju ke Lampung.
Load factor kepadatan rangkaian ini masih bisa di maksimalkan dengan penambahan rangkaian kereta api di jalur tersebut dan ini jelas bisa berfungsi untuk memindahkan kepadatan jalan raya di angkutan penumpang dan logistik.
Tentunya juga bisa menghemat biaya kerusakan infrastruktur akibat angkutan truk ODOL serta mengurangi jumlah kecelakaan di jalan raya.
“Dan juga bisa menumbuhkan ekonomi secara cepat karena dihidupkannya transportasi super massal penumpang dan logistik kereta api,” kata Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.
Dia menilai ini tentu jauh lebih efektif dibandingkan dengan membangun kereta api cepat atau LRT yang hanya mengangkut penumpang saja dalam jumlah kecil yang kurang bermanfaat untuk pembangunan ekonomi dan malah menggerus APBN. (Nda)
Editor : Edi