SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Tepat 2 Oktober kemarin, biasanya diperingati sebagai hari batik nasional. Pakaian tradisional Indonesia yang sudah ditetapkan UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda.
Batik yang familiar dikenal berasal dari Jawa, tetapi di Sumatera Selatan sendiri khususnya Palembang punya Batik Palembang dengan ciri khas dan keunikannya. Nah, bertepatan dengan peringatan hari batik nasional. yuk kenalan dengan Batik Palembang.
Berdasarkan catatan Batik Palembang memiliki 23 motif batik, yang mana setiap motif memiliki maknanya masing-masing. Bahkan ada yang pemakaiannya hanya untuk upacara adat atau kegiatan budaya tertentu saja.
Educator Museum Negeri Sumsel, Benny Pramana Putra mengatakan, 23 motif batik Palembang ini, yaitu Motif Semage, Motif Jepri, Kembang Teh, Kembang Cengkeh, Geribik, Biji Pare, Maskot, Bang, Betawi, Kangkung, Kembang Bakung, Biji Timun. Selain itu, motif Pagi Sore, Keladi, Semagean, Jukung, Kerak Mutung, Lasem, Sisik Iwak, Encim, Selahi dan Demekan.
“23 motif batik Palembang ini sudah ada sejak masa kerajaan Palembang hingga masa kemerdekaan. Masing-masing dari motif juga memiliki makna, seperti mengikuti syariat islam, akulturasi budaya cina, ada yang motif flora ataupun tumbuhan dan lain-lain,” jelasnya.
Keunikan Batik Palembang juga terdapat dalam proses nya yang berbeda dengan Batik pada umumnya. “Jika Batik daerah lain cukup dibentangkan saja kain nya, maka untuk pembuatan Batik Palembang kainnya di kencangkan dengan ram persegi panjang,” ujarnya.
Perbedaan lainnya juga, dalam tradisi masyarakat Palembang untuk kain batik yang sudah d Batik pada motif tertentu biasanya akan dihiasi kembali dengan cairan emas perada.
“Selain itu, letak perbedaan lainnya dari pewarnaan. Warna batik Palembang banyak terinspirasi dari warna songket (pengaruh budaya Tiongkok) atau warna cerah khas Melayu, seperti merah, kuning, dan hijau terang,” jelasnya.
Batik Palembang dalam tradisi berpakaian, motif semage tidak umum digunakan untuk bisa digunakan untuk sehari-hari, stelan, sarung, dan lain-lain. Karena dari segi nilai lebih tinggi, baik dari nilai yang terkandung maupun materi.
Karena itu, motif batik semage jarang digunakan sebab lebih kepada cendrung kepada upacara adat, seperti semage selubung untuk upacara kematian (nutup jenazah, nutup keranda, mandi ke jenazah), dan ada juga semage niti jerambah untuk upacara dalam adat perkawinan Palembang.
“Saking berharga nya Batik Palembang motif Semage ini sayang untuk digunakan (dibuat pakaian sehari-hari,” Seperti mengutip pernyataan budayawan Palembang, Mang Amin kata nya.
Sedangkan motif lain, seperti batik encim merupakan akulturasi dari budaya Tiongkok. Dimana encim sendiri dalam artian merupakan gadis cina, dan penggunaan batik nya juga biasanya untuk para wanita.
Kemudian ada motif batik pagi sore yang dikembangkan saat masa penjajahan Jepang. Dimana kala itu perekonomian sangat sulit, maka motif batik pagi sore ini merupakan batik dengan motif dua warna. Sehingga ketika digunakan dapat dua kali (seperti side A dan side B), dan motif Batik lainnya seperti Bang itu bermakna Abang atau merah, demekan yang terinspirasi dari demak, dan lain-lain.
Namun, diakui memang sayangnya Batik Palembang tidak familiar dan banyak dikenal. Ini disebabkan banyak faktor, seperti penggunaan nya yang untuk motif tertentu hanya untuk upacara tertentu hingga sentra kerajinan nya yang memang sulit ditemukan di Palembang bahkan setelah ditelusuri.
Sulitnya ditemukan sentra Batik Palembang dimasa lampau juga bisa dipengaruhi banyak hal, contohnya motif hanya dikirimkan ke Jawa dan produksi dilakukan disana dan tidak di Palembang.
Bisa juga karena ada istilah “wong Palembang gerot” Karena dalam pembuatan Batik ini cukup butuh waktu dan berkotor dalam pembatikan sehingga hanya motif saja yang dikirimkan untuk kemudian di produksi di luar Palembang.
“Sehingga sampai sekarang produksi Batik Palembang banyak di Jawa, di lokal ada seperti Rumah Batik 17 bisa dihubungi untuk pembuatan Batik Palembang,” katanya.
Sementara itu, untuk 17 kabupaten/kota di Sumatera Selatan juga sudah mengembangkan motif Batik nya masing-masing.
“Dari museum negeri Sumsel juga sejak 2022 melakukan pembiayaan motif Batik yang diambil dari berbagai ornamen, baik itu batu, kayu, dll yang di aplikasi dalam kain sehingga menjadi kain batik,” jelasnya. (Nda)
Editor: Edi