Ajakan Pemkab Muba untuk cegah DBD
Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Sumsel Irma Tiara. Foto: Sumselheadline/Pitria.
Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Sumsel Irma Tiara. Foto: Sumselheadline/Pitria.

75 Persen HIV/AIDS di Sumsel Terinfeksi Lewat Seks

SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat tingginya kasus penyakit menular seksual HIV/AIDS di Sumsel.

Sepanjang Januari-Oktober 2024 ada 846 kasus baru jumlah terinfeksi HIV/AIDS, dari sebelumnya pada Januari-Desember 2023 tercatat 870 kasus.

Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Sumsel, Irma Tiara mengatakan, mayoritas penderita HIV/AIDS atau yang terinfeksi 75 Persen di antaranya karena hubungan badan.

Melakukan seks bebas dengan berganti-ganti pasangan tanpa alat pengaman juga jadi penyebab utama penularan HIV/AIDS.

“846 kasus sampai Oktober 2024, jumlah data berdasarkan hasil diagnosa, tes darah hingga pemberian pengobatan terhadap penderita,” katanya.

Jumlah terinfeksi HIV/AIDS di Sumsel paling tinggi terjadi pada Kota Palembang dari seluruh kabupaten/kota. Kondisi ini karena Palembang merupakan wilayah dengan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terbanyak, sehingga kasus HIV/AID yang tercatat juga mendominasi.

“Data terbaru di Palembang untuk jumlah infeksi, lanjut Irma, tercatat di angka 109 kasus. Ini periode 2024 hingga bulan lalu (Oktober) dan kemungkinan sampai Desember akhir bisa bertambah,” katanya.

Palembang melayani layanan konseling HIV/AIDS di 68 fasyankes meliputi 42 puskesmas dan 23 rumah sakit. Termasuk di 2 lapas dalam satu rutan. Sedangkan pelayanan Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT), program pemerintah untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi tersedia di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) dan RS Charitas.

Tulisan lainnya :   Kapal Telok Abang Memberi Warna HUT Kemerdekaan

Selain Palembang, kasus HIV/AIDS yang juga tinggi penularannya tercatat di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT). Sementara jumlah infeksi terendah di Kabupaten Musi Rawas, Ogan Ilir dan Musi Rawas Utara (Muratara).

“Laki-laki masih mendominasi menjadi penular HIV/AIDS dan rata-rata terinfeksi atau baru diketahui positif HIV/AIDS di usia produktif,” ungkap Irma.

Kasus yang relatif minim kata dia, bukan karena di wilayah tersebut memang sedikit terinfeksi. Melainkan pengecekan HIV/AIDS daerah itu belum optimal, faktor penderita tidak melakukan tes darah. Bahkan masih banyak masyarakat Sumsel yang belum memiliki kesadaran untuk mengantisipasi penularan HIV/AIDS.

Meski penularan HIV/AIDS mayoritas dari hubungan seksual bergonta-ganti pasangan, sebenarnya kasus ini juga bisa tertular melalui kondisi lain seperti penyebaran virus secara kontak langsung lewat darah yang terinfeksi.

Irma menambahkan, ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau melalui ASI. Namun, ada harapan untuk mencegah penularan tersebut, yakni jika ibu hamil mengetahui statusnya dan rutin mengonsumsi obat.

“Dengan konsumsi obat antiretroviral (ARV) disiplin selama kehamilan, risiko penularan kepada bayi dapat diminimalkan. Obat ini merupakan program Kemenkes dan gratis tidak dijual di apotik manapun,” ungkapnya.

Tulisan lainnya :   Paling Menarik, Stand Palembang Juara di Ajang Indonesia City Expo 2022

Penularan HIV/AIDS dari darah yang terinfeksi memiliki empat faktor risiko utama. Pertama, virus harus keluar dalam bentuk darah dan virus itu harus dapat bertahan hidup di luar tubuh, karena jumlah virus yang ada memengaruhi kemungkinan terjadinya penularan.

“Ada potensi pintu masuk jika ada luka terbuka di tubuh yang terpapar darah yang terinfeksi,” jelas Irma.

Lebih lanjut ia menerangkan, jika seseorang tidak sengaja terkena darah yang terkontaminasi HIV/AIDS dan tidak ada luka terbuka, risiko penularan tetap rendah. Penyakit ini sambung Irma, tidak mengenal batasan usia.

Beberapa tahun lalu, kasus HIV/AIDS di Sumsel banyak ditemukan pada usia sekitar 6 tahun dan penyebab paling sering karena tertular dari ibu yang terinfeksi. “Tapi berkat pengobatan serius, penularan bisa ditekan dengan lebih efektif,” katanya.

Bagi anak-anak terinfeksi HIV/AIDS kata dia, penanganan lebih lanjut harus dengan pemahaman tumbuh kembang anak, karena mereka belum mengerti sepenuhnya kondisi dihadapi. Sementara pendampingan untuk orang dewasa, dimotivasi lewat dukungan sosial.

“Ada sistem pendukung yang membantu mereka menjalani pengobatan. Dengan mengonsumsi obat secara teratur setiap hari, pasien dapat memperpanjang harapan hidup mereka dan hidup dengan kualitas lebih baik,” jelasnya. (Nda)

Editor: Edi

Check Also

Sekretaris Daerah Kota Palembang, Aprizal Hasyim usai pertemuan dengan Kepala Sentra “Budi Perkasa” Kemensos RI. Foto: Kominfo Palembang.

Palembang Bangun Sekolah Rakyat Tanpa Biaya untuk Siswa

SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG – Pemerintah Kota Palembang menggandeng Kementerian Sosial Republik Indonesia untuk menghadirkan Sekolah Rakyat, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *