SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG — Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII 15-17 Januari 2024, Sungai Musi siaga 1, dengan tinggi muka air (TMA) hingga 9,21 meter.
Berdasarkan data 15 – 17 Januari 2024, ada setidaknya enam sungai besar di wilayah Sumsel dalam stasiun AWLR (Automatic Water Level Recorder) siaga 1 (merah), siaga 2 (kuning) dan 3 (biru).
Dimana sungai-sungai ini, yaitu Sungai Musi, Sungai Lematang, Sungai Lalan, Sungai Rambang, Sungai Rawas, dan Sungai Ogan dilihat dari https://bbwssumateraviii.co.id/.
Untuk Sungai Musi sendiri berdasarkan update data 17 Januari 2024 pada stasiun AWLR Semanggus tinggi muka air 9,21 meter (siaga 1/ merah), AWLR Pengumbuk tinggi muka airnya 4,47 meter (siaga 1/ merah) AWLR Sekanak 4,03 meter (siaga 1/ merah).
“Hidrologis ini (real time) dapat terlihat ada beberapa AWLR yang dalam kondisi siaga 1, umumnya berada di daerah kita yang saat ini mengalami banjir,” kata Ketua Tim Hukum dan Komunikasi Publik BBWS VIII, Mgs Zulfikar Rasyidi.
Zulfikar mengatakan, ada 3 (tiga) data hidologis utama yang dipantau oleh BBWS Sumatera VIII, yaitu yaitu AWLR (Automatic Water Level Recorder) atau data kenaikan Tinggi Muka Air sungai (khususnya Sungai Musi). “Untuk Kota Palembang kita pasang di muara Sungai Sekanak,” katanya.
Data yang kedua, lanjut Zulfikar, adalah ARR (Automatic Rainfall Recorder) untuk mengukur Curah Hujan. “Adapun data yang ketiga adalah AWS atau automatic wheather station (kerjasama dengan BMKG),” katanya.
Dari data kenaikan status 3 parameter ini menjadi indikasi akan kejadian banjir di wilayah sumsel. “Misalnya AWLR dengan status siaga berarti ada kenaikan tinggi muka air sungai/laut yang signifikan,” katanya.
Sedangkan, ARR yang juga tinggi berarti curah hujan di suatu wilayah berpotensi mengakibatkan banjir di wilayah tersebut. “AWLR tinggi seperti yang biasa Kota Palembang hadapi pada bulan Desember-Februari, dimana kenaikan air sungai musi rata-rata mencapai 4-7 meter bahkan pada puncaknya mencapai 9 meter,” katanya.
ARR tinggi biasanya juga terjadi pada bulan September-Januari karena perubahan musim dari kemarau ke penghujan. “Kombinasi keduanya seringkali mengakibatkan banjir di provinsi sumsel ini. Apalagi kondisi daratan/geografis kita yang rendah/rawa-rawa bahkan ada yang dibawah permukaan laut,” katanya. (Nda)
Editor: Edi