SUMSELHEADLINE.COM, MALANG –Tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Malang benar-benar membuat dunai tersentak. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Atas kejadian itu, sepakbola Indonesia di unjung tanduk dan bakal mendapat sanksi FIFA.
Salah satu yang menjadi korban adalah gadis remaja bernama Bellanis Faidatul. Dikutif dari suryamalang.com, ayah dari Bellanis bernama Edi Herman sangat pilu melihat anaknya sudah terbaring tak berdaya. Bellanis merupakan suporter yang ikut menonton pertandingan Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan.
Mendengar kabar tersebut, Edi Hermanto segera mendatangi Stadion Kanjuruhan tapi tak kunjung menemukan anaknya. “Saya langsung mencari ke lima rumah sakit di Kabupaten Malang. Tetapi, anak saya tidak ada. Perawat RS Wava Husada menyarankan saya untuk mencari di rumah sakit di Kota Malang,” terangnya.
Edi Hermanto lalu segera mendatangi IGD RSSA dan sesampainya di sana, betapa pilu hatinya melihat Bellanis dalam kondisi koma. Edi berharap anaknya bisa segera sadar dari koma dan cepat pulih. “Bu gubernur mengatakan, jangan khawatir soal biaya pengobatan karena telah ditanggung Pemprov,” terangnya.
Selain Bellanis, Aremania lain bernama Hutriadi Hermanto (37) juga tewas akibat tembakan gas air mata. Menurut pengakuan adik korban, wajah Hutriadi menghitam sebelum akhirnya dimakamkan di TPU Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang Minggu (2/10/2022) pukul 08.00 WIB. “Wajah kakak saya hitam karena terkena gas air mata,” jelas Kurnia Sandi, adik almarhum.
Kurnia melihat wajah kakaknyaa di RS Wava Husada, Kepanjen dan menurutnya, semua korban meninggal yang kena gas air mata wajahnya hitam. Saat dimandikan, bagian dada jenazah bersih dan ada luka di lengan dan paha yang diduga almarhum terkena injak.
Anggota keluarga memotret kondisi almarhum saat memandikan jenazah dan menurutnya, keluarga menerima kondisi ini karena sudah terjadi. Kendati begitu, keluarga menyayangkaan kejadian ini bisa terjadi. “Kakak saya memang suka nonton bola. Sebenarnya teman-teman kakak saya banyak yang tidak nonton kemarin. Tapi kakak saya dapat tiket dari tetangga,” kata dia. Akhirnya korban berangkat ke Stadion Kanjuruhan dan teman kakaknya bernama Bachtiar, menelpon Kurnia pada pukul 23.00 WIB.
Bachtiar menanyakan kakaknya sudah pulang atau belum, kemudian ada telepon dari vokalis D’kross, Tiwus pada pukul 00.10 WIB. Tiwus tidak menemukan korban di RSUD Kanjuruhan dan ternyata jenazah korban ada di RS Wava Husada. “Mas Tiwus menangis di RS Wava. Saya tidak bertanya lagi. Saya lihat sudah banyak mayat di ruangan dekat IGD,” terangnya.
Kurnia melihat jenazah kakaknya di ruang tersebut. “Ada perempuan yang menangis di belakang saya sambil minta saya istigfar,” imbuhnya. Perempuan itu mengaku sempat ditolong korban saat keluar stadion bila tidak ditolong korban, mungkin perempuan itu meninggal. “Kakak saya mengangkat perempuan itu,” jelasnya.
Setelah menolong perempuan itu, korban masuk stadion lagi dan almarhum duduk di tribune selatan yang banyak gas air mata. (*)
sumber : suryamalang.com