SUMSELHEADLINE.COM, PALEMBANG–Guna menemukan fakta jejak sejarah di Pulau Kemaro, Palembang, Tim Survei Balai Arkeologi (Balar) Sumsel, Kamis (25/3/2021) lalu turun ke pulau yang rencananya akan direvitalisasi menjadi tempat wisata. Tim Survei mengaku menemukan bungker hingga landasan meriam di Pulau Kemaro, yang diduga peninggalan era penjajahan Jepang.
Survei dilakukan Kepala Balar Sumsel, Budi Wiyana, bersama Arkeolog Hindu-Buddha atau Arkeolog Sejarah, Retno Purwanti, Arkeologi Hindu-Buddha/Arkeologi Lingkungan Sondang, M Siregar, Arkeologi Kolonial Aryandini Novita, dan Antropolog sekaligus Koordinator Peneliti Balar Sumsel Muhammad Nofri Fahrozi. Tujuan survei mengetahui peninggalan arkeologi apa saja yang ada di sana.
Arkeolog Hindu-Buddha atau Arkeolog Sejarah, Retno Purwanti, menjelaskan survei diawali dengan menelusuri areal sebelah selatan pulau, dari ujung paling barat atau kawasan Kelenteng Pagoda sampai ke ujung timur. Tim berjalan kaki menelusuri Pulau Kemaro sambil mengamati keadaan permukaan tanah, hingga berhasil menemukan banyak tinggalan dan fakta terbaru.
Temuan tersebut berupa pecahan keramik China dari masa Dinasti Yuan sekitar tahun 1271-1368 M, Dinasti Ming tahun 1368-1644 M dan Dinasti Qing 1644-1912 M. “Temuan pecahan keramik tersebut ditemukan pada areal setelah Bungalow sampai ujung timur pulau Kemaro,” ujarnya seperti dikutif dari Sripoku.com.
Berdasarkan pertanggalan relatif dari pecahan keramik dapat diketahui bahwa Pulau Kemaro mulai digunakan sejak masa Kraton Kutogawang sampai masa kolonial Belanda. Tidak hanya keramik, juga ditemukan pecahan tembikar, botol-botol kaca utuh, pecahan botol, umpak tiang bangunan, pecahan bata, spesi, pecahan genting, pecahan ubin dan pecahan wastafel.
Temuan paling terbaru adalah pada bagian barat laut dari pulau ini, tim survei menemukan bungker, landasan meriam dan dermaga dari masa pendudukan Jepang. Balar Sumsel menyimpulkan bahwa berdasarkan temuan arkeologis di atas dan sumber-sumber sejarah, untuk sementara dapat diduga Pulau Kemaro telah dihuni manusia sejak abad ke-17 sampai masa kemerdekaan.
Sedangkan dari sisi kronologi sejarah, pulau ini dimulai sejak masa pengaruh Islam, masa kolonial Belanda dan Inggris, Pendudukan Jepang, masa Gestapu/PKI (masa Orla), Orba sampai sekarang.
Hasil survei kemudian dibawa untuk menjadi data terkini dalam Forum Group Discussion (FGD) Dinas Kebudayaan (Disbud) dan Pemerintah Kota Palembang kemarin Jumat (26/3/2021).
Mengenai penemuan bungker peninggalan Jepang tersebut, Kepala Balar Sumsel Budi Wiyana menjelaskan bungker Jepang tersebut bukan Bungker sebagai dalam hal pertahanan, tapi bisa jadi sebuah dapur. Bungker tersebut tidak terlalu besar, bentuknya segi empat posisinya di mulut pantai paling ujung Pulau Kemaro dengan kondisi tidak utuh.
“Isu-isunya dulu katanya ada pembantaian PKI , penjara PKI memang bekasnya ada, jadi kalau zaman Kesultanan kemungkinan yang menjadi benteng pertahanan, tapi itu kayaknya tinggalan bungker zaman Jepang,” ujarnya. Luas areal bungker dan penjara sekitar satu hektar yang merupakan satu komplek di ujung Pulau Kemaro.
Penelusuran dilakukan sengaja diarea tersebut karena peluang menemukan tinggalan masih besar. Sedangkan untuk peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam belum adanya ditemukan tinggalan di lokasi tersebut.
“Tapi dugaan saya tidak jauh dari tempat penjara itu, kalau dilihat dari peta Belanda-nya itu, tidak jauh situ, jangan-jangan dulu benteng pertahanan Kesultanan Palembang yang menjadi penjara dan bungker itu,” ujarnya.
Penelusur Sejarah Sumsel yang juga Penggagas Komunitas Cagar Budaya, Robby Sunata menilai Pulau Kemaro adalah pulau penuh sejarah, bukan tanah kosong. “Setidaknya era sejarahnya adalah masa kesultanan Palembang, kolonial Belanda, Jepang, dan NKRI, kalau era jepang baru ditemukan tadi,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com.